Monday, October 30, 2006

Orang Islam Harus Mumpuni


Pengalaman Rohani

''Saya tidak mau keluarga saya mendapatkan rezeki haram dari saya. Sekecil apapun, rezeki tersebut harus jelas kehalalannya.'' Gedung Bank Indonesia (BI) Jakarta di bulan Ramadhan. Tiap pagi, dari pukul 07.00 hingga 08.30, di suatu ruang, sekelompok pegawai BI khusyuk dan semangat bertadarus Alquran. Uniknya, yang memimpin adalah seorang pejabat BI. Dialah Siti Chalimah Fadjrijah SE Akt MM, direktur Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. ''Saya sudah enam tahun mengadakan acara tadarusan di kantor,'' ungkap Siti Fadjrijah kepada Republika.

Di lingkungan kerjanya, perempuan yang akrab disapa Bu Fadjri itu memang dikenal sebagai salah seorang yang aktif di bidang keislaman. Ia giat mengadakan dan mendorong kegiatan pengajian, baik tadarus Alquran, pengkajian Alquran, maupun diskusi keislaman. Setiap ada kesempatan, ia selalu memanfaatkannya untuk mengajar ngaji dan dakwah. ''Saya selalu berusaha mengamalkan hadis Nabi yang mengatakan, 'Sampaikanlah apa yang engkau ketahui, walaupun satu ayat','' kata lulusan Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Jurusan Manajemen Internasional, Jakarta.

Lulusan Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia (SESPIBI) Angkatan XVIII (1993) itu juga sering berceramah kepada anak buahnya. ''Niatkan kerja itu sebagai ibadah, supaya kalaupun tidak dapat dunianya (jabatan dan sebagainya-red), tetap dapat akhiratnya,'' demikian nasihatnya. Dia menambahkan, kalau pangkat tidak naik-naik, tidak usah sakit hati. ''Saya yakin, kalau kita dekat dengan Allah, semua akan lancar. Semua bisa tercapai. Hal itu sudah saya sudah buktikan,'' kata perempuan yang mengawali karirnya di Bank Indonesia sebagai Staf di Bagian Pemeriksaa Bank-UPPB (1979).

Menurutnya, kalau seorang hamba dekat dengan Allah dan berusaha maksimal, tidak perlu neko-neko, hidupnya dijamin. ''Karena itu, kalau bekerja, bacalah basmallah, niatkan ibadah, Allah pasti membalas. Pimpinan kita akan dibisiki oleh Tuhan agar mengangkat posisi atau derajat kita,'' tegas perempuan yang penampilan sehari-harinya tak pernah lepas jilbab itu. Dia yakin, rezeki itu Allah yang atur. ''Biar jungkir balik, kalau memang bukan rezeki kita, tidak akan pernah sampai kepada kita. Karena itu, untuk apa jungkir balik? Apalagi rezeki itu tidak dibawa mati. Hadits Nabi mengatakan, hanya tiga hal yang dibawa mati, yakni sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan orangtuanya,'' urainya.

Pengalaman hidup Siti Fadjrijah membuktikan, dia sering naik pangkat tanpa diduganya. Tiap kali naik pangkat, ia selalu mengevaluasi diri. ''Saya sedang diuji dengan jabatan, apakah saya makin takut dan tunduk kepada Allah, atau tidak? Waktu saya masih jadi staf biasa, saya selalu rutin shalat Tahajud. Apakah setelah naik jabatan, masih tetap rutin shalat Tahajud?'' tutur wanita yang gemar melahap buku-buku keislaman sejak masih remaja.

Waktu pertama kali akan bekerja di Bank Indonesia, Siti Fadjrijah terlebih dahulu bertanya kepada beberapa orang, terutama ulama. Ada seorang kiai yang berkata padanya, ''Boleh saja bekerja di BI, tapi jangan mencuri waktu.'' Pesan kiai itu selalu diingat betul oleh Siti Fadjrijah. ''Kita digaji untuk bekerja delapan jam sehari. Kalau jumlahnya kurang dari itu, berarti rezeki kita ada yang tidak halal,'' kata anggota Dewan Pengurus Nasional-Ikatan Akuntansi Indonesia.

Karena itu, Siti Fadjrijah sangat hati-hati betul menyangkut soal kerja dan rezeki. ''Saya tidak mau keluarga saya mendapatkan rezeki haram dari saya. Rezeki tersebut harus jelas kehalalannya.'' Perempuan kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 2 September 1951 itu juga giat mengadakan pengajian di lingkungan tempat tinggalnya. Di Kompleks Perumahan Bank Indonesia Cipinang, Jakarta Timur, Siti Fadjrijah mengajar membaca Alquran tiap hari Sabtu. ''Pesertanya, ibu-ibu penghuni kompleks. Mereka sangat beragam, dari yang sama sekali tidak mengenal huruf Alquran sampai yang sudah mulai kenal huruf namun belum lancar membaca Alquran,'' ujar perempuan yang aktif mengikuti berbagai kursus dan seminar perbankan, baik di dalam maupun luar negeri.

Perempuan yang juga aktif di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) itu, ke mana pun pergi, selalu membawa Alquran. Dia biasa membaca Alquran sebelum dan setelah shalat Shubuh. Rata-rata dia mampu mengkhatamkan Alquran dua sampai tiga bulan sekali. Namun, di bulan Ramadhan atau saat umrah Ramadhan, dia bisa khatam berkali-kali. ''Wirid saya adalah Alquran. Sejak kecil, saya sudah terbiasa membaca Alquran. Ketenangan yang kita rasakan kalau kita membaca Alquran itu luar biasa,'' kata perempuan pernah mengikuti job training di berbagai bank sentral dan bank syariah di sejumlah negara.

Menurutnya, Alquran itu luar biasa. Semua yang ada di dunia, ada di Alquran. Ilmu yang tidak akan habis sampai hari kiamat. ''Bacaan yang paling saya senangi adalah Alquran,'' tuturnya. Siti Fadjriah tak hanya menoleh ke luar. Ia pun selalu memperhatikan keadaan di dalam rumah tangganya, khususnya anak-anaknya. ''Saya mengajarkan anak membaca Alquran sampai mereka bisa, baru kemudian saya memanggil guru mengaji. Hanya dua hal yang selalu saya ingatkan kepada anak-anak saya, yakni belajar, shalat, dan mengaji,'' kata ibu tiga anak itu.

Siti Fadjrijah juga selalu berusaha menjaga shalat sunnat Dhuha. ''Saya berangkat dari rumah sudah dalam keadaan berwudhu. Sampai di kantor langsung shalat Dhuha. Baru kemudian bekerja,'' ungkap perempuan yang sudah menunaikan ibadah haji 10 tahun lalu. Bila melihat latar belakang keluarganya, tak heran kalau Siti Fadjrijah sangat religius. Dia berasal dari keluarga santri. Ibu, ayah, dan kakeknya adalah guru mengaji. Bahkan kakeknya punya pesantren di Temanggung.

Ia sekolah negeri hanya di SD dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan menengah dilalui di SMP dan SMA Islam. Ia belajar mengaji kepada orang tuanya. ''Saya salut kepada orang tua saya. Ayah bilang, 'Kalau mau jadi orang Islam harus mumpuni'. Karena itu, Beliau membekali anak-anaknya dengan pendidikan agama dan umum,'' tambahnya. Ayahnya juga sering berkata, ''Saya tidak bisa meninggalkan buat kamu harta, tapi ilmu.'' Pesan inilah yang sering dikenang Siti Fadjrijah.

Saat berada di rumah, Siti Fajriah betul-betul menjadi seorang ibu. ''Kalau saya di rumah, orang tidak akan menyangka saya pejabat. Saya ikut belanja ke pasar. Saya pun membersihkan kamar mandi. Saya tidak merasa jabatan itu jadi beban. Jabatan itu di kantor, di rumah saya adalah ibu rumah tangga."Dia menambahkan, ''Saya merasa salut sekali kepada Siti Khadijah (istri Rasulullah, {red}). Beliau seorang wanita yang kaya raya, seorang bos, namun begitu menikah dengan Muhammad, dia sangat berbakti.'' Ia pun kerap berdoa, ''Ya Allah, berikanlah saya sedikit saja nikmat seperti Khadijah dan Muhammad. Totalitas dan keikhlasan.''
(Siti Chalimah Fadjrijah SE Akt MM)

0 comments: